Rabu, 03 April 2013

Hubungan Kebudayaan dengan Kesehatan

By: Muhammad Rozikhin
       Student of Nursing at Universitas Esa Unggul'12 - Jakarta


A.    Penjelasan Budaya

            Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
            Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
            Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
                  Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosiobudaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya.
            Perubahan sosial dan budaya yang terjadi seiring tekanan besar yang dilakukan manusia terhadap sistem alam sekitar, menghadirkan berbagai macam risiko kesehatan dan kesejahteraan bagi seluruh umat manusia. Sebagai contoh, kita terus mempertinggi konsentrasi gas-gas tertentu yang menyebabkan meningkatkan efek alami rumah kaca (green house) yang mencegah bumi dari pendinginan alami (freezing).
  • Jika seseorang sedang mengalami Haid atau menstruasi, lalu ia menginjak ibu jari kaki temannya secara sengaja. Maka temannya itu akan mengalami menstruasi juga, tidak lama setelah ibu jari kakinya diinjak. Hal ini menyatakan bahwa adanya kepercayaan oleh orang-orang Yogyakarta.  Karena percaya atau tidak percaya, biasanya kejadian ini sungguh-sungguh terjadi. Karena ada pengalaman yang telah banyak orang alami. Namun secara ilmu kesehatan itu tidak dibenarkan, karena menstruasi sendiri terjadi secara alamiah, dan tiap-tiap orang berbeda.
  • Orang tua dulu sering mengatakan bahwa tidak boleh jika makan tebu saat hamil. Karena saat proses melahirkan nanti, sang ibu akan mengeluarkan darah dari kandungannya. Namun secara ilmu kesehatan itu tidak dibenarkan. Justru zat gula yang ada pada tebu dapat menambah tenaga.
  • Tidak boleh memakan kerak saat hamil. Karena saat melahirkan nanti, plasenta bayi akan sulit diambil.
  • Saat seorang istri sedang hamil, sebaiknya suami tidak membunuh hewan apa pun. Karena bisa jadi anaknya nanti akan terlahir mirip dengan hewan yang dibunuhnya. Menurut pengalaman, ada seorang gadis yang mirip dengan kera. Karena saat ibunya mengandung gadis tersebut, ayahnya membunuh kera secara kejam di Tawangmangu, Jawa Tengah.
  • Tidak boleh berbicara atau banyak bergerak saat membersihkan telinga. Karena telinga akan mengalami gangguan, seperti congekan (otitis). Hal ini dikarenakan, jika terlalu banyak bergerak takutnya akan terjadi goresan, dan dari goresan tersebut bisa memicu infeksi.
  • Anak laki-laki sehabis khitanan tidak boleh makan telur. Karena lukanya tidak cepat kering. Namun secara ilmu kesehatan itu tidak benar, justru telur itu banyak mengandung protein yang bagus untuk mempercepat pengeringan luka.
            Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka. Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.

   B.     Unsur Kebudayaan

            Koentjaraningrat (2002) membagi budaya menjadi 7 unsur : yakni sistem religi dan  upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian hidup dan sistem teknologi dan peralatan. Ketujuh unsur itulah yang membentuk budaya secara keseluruhan.

        C.    Aspek Sosial yang Mempengaruhi Status Kesehatan dan Perilaku Kesehatan

            Ada beberapa aspek sosial yang mempengaruhi status kesehatan antara lain adalah :

 1.    Umur
            Jika dilihat dari golongan umur maka ada perbedaan pola penyakit berdasarkan golongan umur. Misalnya balita lebiha banyak menderita penyakit infeksi, sedangkan golongan usila lebih banyak menderita penyakit kronis seperti hipertensi, penyakit jantung koroner, kanker, dan lain-lain.

2.    Jenis Kelamin
            Perbedaan jenis kelamin akan menghasilkan penyakit yang berbeda pula. Misalnya dikalangan wanita lebih banyak menderita kanker payudara, sedangkan laki-laki banyak menderita kanker prostat.

3.    Pekerjaan
            Ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan pola penyakit. Misalnya dikalangan petani banyak yang menderita penyakit cacing akibat kerja yang banyak dilakukan disawah dengan lingkungan yang banyak cacing. Sebaliknya buruh yang bekerja di industri, misal di pabrik tekstil banyak yang menderita penyakit saluran pernapasan karena banyak terpapar dengan debu.

4.    Sosial Ekonomi
            Keadaan sosial ekonomi juga berpengaruh pada pola penyakit. Misalnya penderita obesitas lebih banyak ditemukan pada golongan masyarakat yang berstatus ekonomi tinggi, dan  sebaliknya malnutrisi lebih banyak ditemukan dikalangan masyarakat yang status ekonominya rendah.

Menurut H.Ray Elling (1970) ada 2 faktor sosial yang berpengaruh pada perilaku kesehatan :
·         Self concept
            Self concept kita ditentukan oleh tingkatan kepuasan atau ketidakpuasan yang kita rasakan terhadap diri kita sendiri, terutama bagaimana kita ingin memperlihatkan diri kita kepada orang lain. Apabila orang lain melihat kita positip dan menerima apa yang kita lakukan, kita akan meneruska perilaku kita, begitu pula sebaliknya.
·         Image kelompok
            Image seorang individu sangat dipengaruhi oleh image kelompok. Sebagai contoh, anak  seorang dokter akan terpapar oleh organisasi kedokteran dan orang-orang dengan pendidikan tinggi, sedangkan anak buruh atau petani tidak terpapar dengan lingkungan medis, dan besar kemungkinan juga tidak bercita-cita untuk menjadi dokter.

 D.    Aspek Budaya yang Mempengaruhi Status Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan

Menurut G.M. Foster (1973) , aspek budaya dapat mempengaruhi kesehatan, yaitu:
1.      Pengaruh tradisi
Ada beberapa tradisi didalam masyarakat yang dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan masyarakat.
2.      Sikap fatalistis
Hal lain adalah sikap fatalistis yang juga mempengaruhi perilaku kesehatan.  Contoh : Beberapa anggota masyarakat dikalangan kelompok tertentu (fanatik) yang beragama islam percaya bahwa anak adalah titipan Tuhan, dan sakit atau mati adalah takdir, sehingga masyarakat kurang berusaha untuk segera mencari pertolongan pengobatan bagi anaknya yang sakit.
3.      Sikap ethnosentris
Sikap yang memandang kebudayaan sendiri yang paling baik jika dibandingkan dengan kebudayaan pihak lain.
4.      Pengaruh perasaan bangga pada statusnya
      Contoh : Dalam upaya perbaikan gizi, disuatu daerah pedesaan tertentu, menolak untuk makan daun singkong, walaupun mereka tahu kandungan vitaminnya  tinggi. Setelah diselidiki ternyata masyarakat bernaggapan daun singkong hanya pantas untuk makanan kambing, dan mereka menolaknya karena status mereka tidak dapat disamakan dengan kambing.
5.      Pengaruh norma
      Contoh : upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi banyak mengalami hambatan karena ada norma yang melarang hubungan antara dokter yang memberikan pelayanan dengan bumil sebagai pengguna pelayanan.
6.      Pengaruh nilai
      Nilai yang berlaku didalam masyarakat berpengaruh terhadap perilaku kesehatan. Contoh : masyarakat memandang lebih bergengsi beras putih daipada beras merah, padahal mereka mengetahui bahwa vitamin B1 lebih tinggi diberas merah daripada diberas putih.
7.      Pengaruh unsur budaya yang dipelajari pada tingkat awal dari proses sosialisasi terhadap perilaku kesehatan. Kebiasaan yang ditanamkan sejak kecil akan berpengaruh terhadap kebiasaan pada seseorang ketika ia dewasa. Misalnya saja, manusia yang biasa makan nasi sejak kecil, akan sulit diubah kebiasaan makannya setelah dewasa.
8.      Pengaruh konsekuensi dari inovasi terhadap perilaku kesehatan
      Apabila seorang petugas kesehatan ingin melakukan perubahan perilaku kesehatan masyarakat, maka yang harus dipikirkan adalah konsekuensi apa yang akan terjadi jika melakukan perubahan, menganalisis faktor-faktor yang terlibat/berpengaruh pada perubahan, dan berusaha untuk memprediksi tentang apa yang akan terjadi dengan perubahan tersebut.

       E.     Perubahan Sosial Budaya

Menurut Koentjaraningrat, bahwa perubahan budaya yang terjadi di masyarakat dapat dibedakan ke dalam beberapa bentuk :

       1.      Perubahan yang terjadi secara lambat dan cepat.
       2.      Perubahan yang pengaruhnya kecil dan besar.
       3.      Perubahan yang direncanakan dan yang tidak direncanakan.

           F.     Makanan Dan Budaya

1.      Definisi Makanan
Makanan adalah bahan selain obat yang mengandung zat-zat gizi dan atau unsurunsur/ikatan kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh, yang berguna bila dimasukkan dalam tubuh.
2.      Kebudayaan Menentukan Makanan
Sebagai suatu konsep budaya, makanan (food) bukanlah semata-mata suatu produk organik dengan kualitas-kualitas biokimia yang dapat dipakai oleh organisma termasuk manusia untuk mempertahankan hidupnya. Akan tetapi makanan sebagai sesuatu yang akan dimakan, diperlukan pengesahan budaya. Lewat konsep-konsep budaya itulah sejumlah makanan yang menurut ilmu gizi sangat bermanfaat untuk dikonsumsi, tetapi dalam prakteknya bisa jadi justru dihindari.
            Contoh :
·         Adanya pantangan bayi dan anak tidak diberikan daging, ikan, telur, dan makanan yang dimasak dengan santan dan kelapa parut sebab dipercaya akan menyebabkan cacingan, sakit perut, dan sakit mata .
·         Bagi gadis dilarang makan buah: pepaya, nanas dan jenis pisang tertentu (yang dianggap tabu) karena ada hubungan yang erat dengan siklus masa haid, hubungan kelamin dan reproduksi .
Jadi, dapat kita pahami bahwa adanya masalah gizi di Indonnesia bukan hanya karena masalah sosek, tapi juga karena alasan-alasan budaya, di mana ada ketersediaan makanan tetapi terpaksa tidak dikonsumsi karena kepercayaan atau ketidaklaziman atau karena larangan agama.
3.      Istilah Makanan “Food Versus Nutrimen”
    Masalah aktivitas makan tidak semata-mata sebagai aktivitas fisik manusia untuk   pemenuhan naluriahnya seperti lapar, tetapi  juga di dalamnya dilekati oleh pengetahuan budaya. Lewat pengetahuan budaya itu, masyarakat manusia mengkategorikan makanan ke dalam dua istilah yaitu nutrimen (nutriment) dan  makanan (food).
·         Nutriment adalah suatu konsep biokimia, suatu zat yang mampu untuk memelihara dan menjaga kesehatan organisme yang menelannya, terlepas dari apakah makanan itu diperbolehkan atau dilarang dalam kaitannya dengan budaya.
·         Food adalah suatu konsep budaya. Sebagai konsep budaya, maka di dalamnya terdapat penjelasan budaya mengenai kategori (bahan) makanan anjuran lawan makanan tabu (larangan); makanan prestise lawan makanan rendah; makanan dingin lawan makanan panas, dan sebagainya. Sebagai suatu konsep budaya, makanan (food) bukanlah semata-mata suatu produk organik dengan kualitas-kualitas biokimia yang dapat dipakai oleh organisma termasuk manusia untuk mempertahankan hidupnya. Akan tetapi makanan sebagai sesuatu yang akan dimakan, diperlukan pengesahan budaya.
·         Jellife & Bennet 1962 menyatakan : “Manusia dimana saja, bahkan dalam keadaan sukar sekalipun, hanya makan sebagian dari bahan-bahan yang sebenarnya dapat dimakan tersedia”.
4.      Klasifikasi Makanan
          Variasi klasifikasi makanan antara lain :
a.       Menurut prestise – status
b.      Pertemuan sosial
c.       Usia
d.      Keadaan sehat – sakit
e.       Nilai simbolik – ritual
5.      Peranan Simbolik Makanan
a.       Sebagai ungkapan ikatan sosial
b.      Sebagai ungkapan kesetiakawanan kelompok
c.       Makanan dan stress
d.      Simbolisme makanan dalam bahasa

G.      Manfaat Bagi Petugas Kesehatan Mempelajari Kebudayaan

1.      Di dalam semua religi atau agama, ada kepercayaan tertentu yang berkaitan dengan kesehatan, gizi, dll. Misal : orang yang beragama Islam : tidak makan babi, sehingga dalam rangka memperbaiki status gizi, seorang petugas kesehatan dapat menganjurkan makanan lain yang bergizi yang tidak bertentangan dengan agamanya.
2.      Dengan mempelajari organisasi masyarakat, maka petugas kesehatan akan mengetahui organisasi apa saja yang ada di masyarakat, kelompok mana yang berkuasa, kelompok  mana yang menjadi panutan, dan tokoh mana yang disegani. Sehingga dapat dijadikan strategi pendekatan yang lebih tepat dalam upaya mengubah perilaku kesehatan masyarakat.
3.      Petugas kesehatan juga perlu mengetahui pengetahuan masyarakat tentang kesehatan. Dengan  mengetahui pengetahuan masyarakat maka petugas kesehatan akan mengetahui mana yang perlu ditingkatkan, diubah dan pengetahuan mana yang perlu dilestarikan dalam memperbaiki status kesehatan.
4.      Petugas kesehatan juga perlu mempelajari bahasa lokal agar lebih mudah  berkomunikasi, menambah rasa kedekatan, rasa kepemilikan bersama dan rasa persaudaraan.
5.      Selain itu perlu juga mempelajari tentang kesenian dimasyarakat setempat. Karena petugas kesehatan dapat memanfaatkan kesenian yang ada dimasyarakat  untuk menyampaikan pesan kesehatan.
6.      Sistem mata pencaharian juga perlu dipelajari karena sistem mata  pencaharian  ada kaitannya dengan pola penyakit yang diderita oleh masyarakat tersebut.
7.      Teknologi dan peralatan masyarakat setempat. Masyarakat akan lebih mudah menerima pesan yang disampaikan petugas jika petugas menggunakan teknologi dan peralatan yang dikenal masyarakat.

       H.    Penjelasan Kesehatan

            Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan perawatan termasuk kehamilan dan persalinan. Pendidikan kesehatan adalah proses membantu sesorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun secara kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang memengaruhi kesehatan pribadinya dan orang lain.
            Definisi yang bahkan lebih sederhana diajukan oleh Larry Green dan para koleganya yang menulis bahwa pendidikan kesehatan adalah kombinasi pengalaman belajar yang dirancang untuk mempermudah adaptasi sukarela terhadap perilaku yang kondusif bagi kesehatan. Data terakhir menunjukkan bahwa saat ini lebih dari 80 persen rakyat Indonesia tidak mampu mendapat jaminan kesehatan dari lembaga atau perusahaan di bidang pemeliharaan kesehatan, seperti Akses, Taspen, dan Jamsostek. Golongan masyarakat yang dianggap 'teranak tirikan' dalam hal jaminan kesehatan adalah mereka dari golongan masyarakat kecil dan pedagang.
            Dalam pelayanan kesehatan, masalah ini menjadi lebih pelik, berhubung dalam manajemen pelayanan kesehatan tidak saja terkait beberapa kelompok manusia, tetapi juga sifat yang khusus dari pelayanan kesehatan itu sendiri.
            Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1.      Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
2.      Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat.
3.      Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
4.      Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.
5.      Kesehatan adalah sesuatu yang sangat berguna.
            Salah satu tujuan nasional adalah memajukan kesejahteraan bangssa, yang berarti memenuhi kebutuhan dasar manusia, yaitu pangan, sandangpanganpendidikan, kesehatan, lapangan kerja dan ketenteraman hidup. Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk, jadi tanggung jawab untuk terwujudnya derajat kesehatan yang optimal berada di tangan seluruh masyarakat Indonesia, pemerintah, dan swasta bersama-sama.
            Tujuan dan ruang lingkup kesehatan lingkungan dapat dibagi menjadi dua, secara umum dan secara khusus. Tujuan dan ruang lingkup secara umum, antara lain:
1.      Melakukan koreksi atau perbaikan terhadap segala bahaya dan ancaman pada kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia.
2.      Melakukan usaha pencegahan dengan cara mengatur sumber-sumber lingkungan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia.
3.      Melakukan kerja sama dan menerapkan program terpadu di antara masyarakat dan institusi pemerintah serta lembaga nonpemerintah dalam menghadapi bencana alam atau wabah penyakit menular.
            Adapun tujuan dan ruang lingkup secara khusus meliputi usaha-usaha perbaikan atau pengendalian terhadap lingkungan hidup manusia, yang di antaranya berupa:
1.      Menyediakan air bersih yang cukup dan memenuhi persyaratan kesehatan.
2.     Makanan dan minuman yang diproduksi dalam skala besar dan dikonsumsi secara luas oleh masyarakat.
3.    Pencemaran udara akibat sisa pembakaran BBMbatubara, kebakaran hutan, dan gas beracun yang berbahaya bagi kesehatan dan makhluk hidup lain dan menjadi penyebab terjadinya perubahan ekosistem.
4.      Limbah cair dan padat yang berasal dari rumah tangga, pertanian, peternakan, industri, rumah sakit, dan lain-lain.
5.      Perumahan dan bangunan yang layak huni dan memenuhi syarat kesehatan.
6.      Kebisinganradiasi, dan kesehatan kerja.
7.      Survei sanitasi untuk perencanaan, pemantauan, dan evaluasi program kesehatan lingkungan.

I.       Hubungan Kesehatan dalam Sosial Budaya 

            Seperti kita ikuti bersama, akhir-akhir ini diskusi tentang global change banyak diangkat. Berbagai perubahan sosial, ekonomi, budaya, teknologi dan politik mengharuskan jalinan hubungan di antara masyarakat manusia di seluruh dunia. Fenomena ini dirangkum dalam terminologi globalisation. Ditengah riuh rendah globalisasi inilah muncul wacana Dampak Perubahan Sosial dan Budaya. Dampak dari perubahan sosial dan budaya sendiri diartikan sebagai perubahan dalam skala besar pada sistem biofisik dan ekologi yang disebabkan aktifitas manusia.
            Perubahan ini terkait erat dengan sistem penunjang kehidupan planet bumi (life-support system). Ini terjadi melalui proses historis panjang dan merupakan agregasi pengaruh kehidupan manusia terhadap lingkungan, yang tergambar misalnya pada angka populasi yang terus meningkat, aktifitas ekonomi, dan pilihan-pilihan teknologi dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Saat ini pengaruh dan beban terhadap lingkungan hidup sedemikian besar, sehingga mulai terasa gangguan-gangguan terhadap Sistem Bumi kita. 
         Selama abad 20 ini, suhu rata-rata permukaan bumi meningkat sekitar 0,6oC dan sekitar ¾ pemanasan ini terjadi sejak tahun 1975. Dampak perubahan sosial dan budaya penting lainnya adalah menipisnya lapisan ozon, hilangnya keaneragaman hayati (biodiversity), degradasi kualitas lahan, penangkapan ikan melampaui batas (over-fishing), terputusnya siklus unsur-unsur penting (misalnya nitrogen, sulfur, fosfor), berkurangnya suplai air bersih, urbanisasi, dan penyebaran global berbagai polutan organik.
          Dari kacamata kesehatan, hal-hal di atas mengindikasikan bahwa kesehatan umat manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor yang terjadi di luar batas kemampuan daya dukung ruang lingkungan dimana mereka hidup. Dalam skala global, selama ¼ abad ke belakang, mulai tumbuh perhatian serius dari masyarakat ilmiah terhadap penyakit-penyakit yang terkait dengan masalah lingkungan, seperti kanker yang disebabkan racun tertentu (toxin related cancers), kelainan reproduksi atau gangguan pernapasan dan paru-paru akibat polusi udara. Secara institusional International Human Dimensions Programme on Global Environmental Change (IHDP) membangun kerjasama riset dengan Earth System Science Partnership dalam menyongsong tantangan permasalahan kesehatan dan Dampak dari perubahan sosial dan budaya. 
     Pengaruh perubahan iklim global terhadap kesehatan umat manusia bukan pekerjaan mudah. Dibutuhkan kerja keras dan pendekatan interdisiplin diantaranya dari studi evolusi, bio-geografi, ekologi dan ilmu sosial. Di sisi lain kemajuan teknik penginderaan jauh (remote sensing) dan aplikasi-aplikasi sistem informasi geografis akan memberikan sumbangan berarti dalam melakukan monitoring lingkungan secara multi-temporal dan multi-spasial resolusi.
            Dua faktor ini sangat relevan dengan tantangan studi dampak perubahan sosial dan budaya terhadap kesehatan lingkungan yang memerlukan analisa historis keterkaitan dampak perubahan sosial dan budaya dan kesehatan serta analisa pengaruh perubahan sosial dan budaya di tingkat lokal, regional hingga global. 

J.      Proses Perubahan Sosial dan Budaya Mempengaruhi Kesehatan Manusia

            Ada tiga alur tingkatan pengaruh perubahan sosial dan budaya terhadap kesehatan. Pengaruh ini dari urutan atas ke bawah menunjukkan peningkatan kompleksitas dan pengaruhnya bersifat semakin tidak langsung pada kesehatan. Pada alur paling atas, terlihat bagaimana perubahan pada kondisi mendasar lingkungan fisik (contohnya: suhu ekstrim atau tingkat radiasi ultra violet) dapat mempengaruhi biologi manusia dan kesehatan secara langsung (misalnya sejenis kanker kulit).
            Alur pada dua tingkatan lain, di tengah dan bawah, mengilustrasikan proses-proses dengan kompleksitas lebih tinggi, termasuk hubungan antara kondisi lingkungan, fungsi-fungsi ekosistem, dan kondisi sosial-ekonomi. Alur tengah dan bawah menunjukkan tidak mudahnya menemukan korelasi langsung antara perubahan lingkungan dan kondisi kesehatan. Akan tetapi dapat ditarik benang merah bahwa perubahan-perubahan lingkungan ini secara langsung atau tidak langsung bertanggung jawab atas faktor-faktor penyangga utama kesehatan dan kehidupan manusia, seperti produksi bahan makanan, air bersih, kondisi iklim, keamanan fisik, kesejahteraan manusia, dan jaminan keselamatan dan kualitas sosial.
            Para praktisi kesehatan dan lingkunganpun akan menemukan banyak domain permasalahan baru di sini, menambah deretan permasalahan pemunculan toksi-ekologi lokal, sirkulasi lokal penyebab infeksi, sampai ke pengaruh lingkungan dalam skala besar yang bekerja pada gangguan kondisi ekologi dan proses penyangga kehidupan ini.

K.    Contoh Permasalahan yang Berhubungan Budaya dan Kesehatan

            Sebagai contoh hubungan kebudayaan dengan kesehatan, menurut masyarakat Yogyakarta yang mengikuti budaya Jawa, banyak adat atau ketentuan tertentu dalam menjalani kehidupan yang berhubungan degan kesehatan. Diantaranya adalah:

·                     Jika seseorang sedang mengalami Haid atau menstruasi, lalu ia menginjak ibu jari kaki temannya secara sengaja. Maka temannya itu akan mengalami menstruasi juga, tidak lama setelah ibu jari kakinya diinjak. Hal ini menyatakan bahwa adanya kepercayaan oleh orang-orang Yogyakarta.  Karena percaya atau tidak percaya, biasanya kejadian ini sungguh-sungguh terjadi. Karena ada pengalaman yang telah banyak orang alami. Namun secara ilmu kesehatan itu tidak dibenarkan, karena menstruasi sendiri terjadi secara alamiah, dan tiap-tiap orang berbeda.
·                     Orang tua dulu sering mengatakan bahwa tidak boleh jika makan tebu saat hamil. Karena saat proses melahirkan nanti, sang ibu akan mengeluarkan darah dari kandungannya. Namun secara ilmu kesehatan itu tidak dibenarkan. Justru zat gula yang ada pada tebu dapat menambah tenaga.
·                     Tidak boleh memakan kerak saat hamil. Karena saat melahirkan nanti, plasenta bayi akan sulit diambil.
·                     Saat seorang istri sedang hamil, sebaiknya suami tidak membunuh hewan apa pun. Karena bisa jadi anaknya nanti akan terlahir mirip dengan hewan yang dibunuhnya. Menurut pengalaman, ada seorang gadis yang mirip dengan kera. Karena saat ibunya mengandung gadis tersebut, ayahnya membunuh kera secara kejam di Tawangmangu, Jawa Tengah.
·                     Tidak boleh berbicara atau banyak bergerak saat membersihkan telinga. Karena telinga akan mengalami gangguan, seperti congekan (otitis). Hal ini dikarenakan, jika terlalu banyak bergerak takutnya akan terjadi goresan, dan dari goresan tersebut bisa memicu infeksi.
·                     Anak laki-laki sehabis khitanan tidak boleh makan telur. Karena lukanya tidak cepat kering. Namun secara ilmu kesehatan itu tidak benar, justru telur itu banyak mengandung protein yang bagus untuk mempercepat pengeringan luka.

Semoga bermanfaat dan berguna buat para pembaca. Kritik dan saran sangat dibutuhkan guna meningkatkan kemampuan penulis. Terima kasih.

Pertumbuhan dan Perkembangan dari Bayi Hingga Remaja


By: Muhammad Rozikhin 
       Student of Nursing at Universitas Esa Unggul'12 - Jakarta

Pengertian Tumbuh Kembang

     Pertumbuhan (Growth) adalah merupakan peningkatan jumlah dan besar sel di seluruh bagian tubuh selama sel-sel tersebut membelah diri dan mensintesis protein-protein baru, menghasilkan penambahan jumlah dan berat secara keseluruhan atau sebagian. Dalam pertumbuhan manusia juga terjadi perubahan ukuran, berat badan, tinggi badan, ukuran tulang dan gigi, serta perubahan secara kuantitatif dan perubahan fisik pada manusia itu. Dalam pertumbuhan manusia terdapat peristiwa percepatan dan perlambatan. Peristiwa ini merupakan kejadian yang ada dalam setiap organ tubuh.
    Pertumbuhan adalah suatu proses alamiah yang terjadi pada individu, yaitu secara bertahap, berat dan tinggi anak semakin bertambah dan secara simultan mengalami peningkatan untuk berfungsi baik secara kognitif, psikososial, maupun spiritual.
      Perkembangan (Development) adalah perubahan secara berangsur-angsur dan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh, meningkatkan dan meluasnya kapasitas seseorang melalui pertumbuhan, kematangan, atau kedewasaan (Maturation), dan pembelajaran (Learning). Perkembangan manusia berjalan secara progresif, sistematis, dan berkesinambungan dengan perkembangan di waktu yang lalu.
     Perkembangan terjadi perubahan dalam bentuk dan fungsi kematangan organ mulai dari aspek fisik, intelektual, dan emosional. Perkembangan secara fisik yang terjadi adalah dengan bertambahnya sempurna fungsi organ. Perkembangan intelektual ditunjukkan dengan kemampuan secara simbol maupun abstrak, seperti berbicara, bermain, dan berhitung. Perkembangan emosional dapat dilihat dengan perilaku sosial di lingkungan anak.
     Maturasi merupakan proses perkembangan dan bertumbuh menjadi penuh  meliputi kempuan biologis individu, kondisi fisiologis, dan keinginan untuk belajar prilaku yang lebih matur. Misalnya, bayi meninggalkan kegiatan merangkak untuk berjalan karena berjalan memberi keadaan yang lebih dalam untuk menyelidiki lingkungan dan lebih banyak belajar.

Ada Sembilan Tugas-tugas Perkembangan Pada Masa Ini, yaitu:

1.      Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan.
      Mempelajari kehidupan fisik merupakan hal yang penting untuk permainan dan aktivitas fisik karena hal
      itu mempunyai nilai yang tinggi pada masa anak-anak. 
2.      Membina sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai suatu organisme yang sedang berkembang.
3.      Belajar bergaul dengan teman sebaya.
4.      Belajar berperan sebagai pria dan wanita secara tepat.
5.      Mengembangkan dasar-dasar keterampilan membaca,menulis, dan berhitung dengan baik.
6.      Mengembangkan konsep-konsep yang diperlukan dalam kehidupan seahri-hari.
7.      Mengembangkan kata hati, moral, dan skala-skala nilai.
8.      Mencapai kemerdekaan pribadi
9.      Mengembangkan sikap terhadap kelompok dan lembaga-lembaga sosial.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan

            Setiap manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda-beda antara satu dengan manusia yang lainnya, bisa dengan cepat bahkan lambat, tergantung pada individu dan lingkungannya. Proses tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:

1.      Faktor Heriditer / Genetik

      Faktor Herediter Pertumbuhan adalah suatu proses alamiah yang terjadi pada individu, yaitu secara bertahap, berat dan tinggi anak semakin bertambah, dan secara simultan mengalami peningkatan untuk berfungsi baik secara kognitif, psikososial, maupun spiritual.
     Merupakan faktor keturunan secara genetik dari orangtua kepada anaknya. Faktor ini juga dapat berubah sepanjang hidup manusia, dapat menentukan karakteristik seperti jenis kelamin, ras, rambut, warna mata, pertumbuhan fisik, dan beberapa keunikan sifat dan sikap tubuh seperti tempramen.
        Faktor ini dapat ditentukan dengan adanya intensitas dan kecepatan dalam pembelahan sel telor, tingkat sensitifitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas, dan berhentinya pertumbuhan tulang. Potensi genetik yang berkualitas hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan yang positif agar memperoleh hasil yang optimal.

2.      Faktor Lingkungan / Eksternal

        Lingkungan merupakan faktor yang mempengaruhi individu setiap hari mulai lahir hingga akhir hayatnya, dan sangat mempengaruhi tercapainya atau tidak potensi yang sudah ada dalam diri manusia tersebut sesuai dengan genetiknya.

Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu:
A.    Lingkungan Pranatal (Faktor lingkungan ketika masih dalam lingkungan)
Faktor pranatal yang berpengaruh antara lain gizi ibu pada waktu hamil, faktor mekanis, toksin atau zat kimia, endoktrin, radiasi, infeksi, stres, imunitas, dan anoksia embrio.
B.     Lingkungan Postnatal ( Faktor lingkungan setalah kelahiran )
Lingkungan postnatal dapat digolongkan menjadi :
v  Lingkungan Biologis, meliputi, ras, jenis kelamin, gizi, perawatan kesehatan, penyakit kronis, dan fungsi metabolisme.
v  Lingkungan Fisik, meliputi, sanitasi cuaca, keadaan rumah, dan radiasi.
v  Lingkungan Psikososial, meliputi stimulasi, motivasi belajar, teman sebaya, stres, sekolah, cinta kasih, dan interaksi anak dengan orangtua.
v  Lingkungan Adat dan Istiadat, meliputi pekerjaan / pendapatan keluarga, pendidikan orangtua, stabilitas rumah tangga, dan kepribadian orangtua.

3.      Faktor Status Sosial Ekonomi

        Status sosial ekonomi dapat berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak yang lahir dan dibesarkan dalam lingkungan status sosial yang tinggi cenderung lebih dapat dicukupi kebutuhan gizinya dibandingkan dengan anak yang lahir dan dibesarkan dalam status ekonomi yang rendah.

4.      Faktor Nutrisi

       Nutrisi adalah salah satu komponen penting dalam menunjang kelangsungan proses pertumbuhan dan perkembangan. Selama masa pertumbuhan dan perkembangan, anak sangat membutuhkan zat gizi seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, dan air. Apabila kebutuhan tak terpenuhi, maka proses pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya dapat terhambat.

5.      Faktor Kesehatan

      Status kesehatan dapat berpengaruh pada pencapaian pertumbuhan dan perkembangan. Pada anak dengan kondisi tubuh yang sehat, percepatan untuk pertumbuhan dan perkembangan sangat mudah. Namun sebaliknya, apabila kondisi status kesehatan kurang baik, akan terjadi keterlambatan.

Prinsip-prinsip Pertumbuhan dan Perkembangan

Beberapa prinsip pertumbuhan dan perkembangan merupakan hal yang benar untuk semua orang. Kebiasaan ini di ekspresikan dengan konsep berikut :

A. Individu memiliki potensi adaptif untuk perubahan kualitatif dan kuantitatif dengan menerima stimulus dari    lingkungan dan memberi stimulus pada lingkungan tersebut.
B.  Individu memperoleh kunikannya dari interaksi hereditas dan lingkungan.
C. Tujuan utama perkembangan adalah pencapaian potensi (realisasi diri atau aktualisasi).

Ciri-ciri Proses Pertumbuhan dan Perkembangan

       Menurut Soetjiningsih, pertumbuhan dan perkembangan anak dimulai dari masa konsepsi hingga dewasa memiliki ciri-ciri tersendiri, yaitu:

1. Pertumbuhan dan perkembangan adalah proses yang kontinu sejak konsepsi hingga maturitas (dewasa) yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan.
2.  Dalam periode tertentu terdapat percepatan dan perlambatan dalam proses pertumbuhan dan perlambatan pada setiap organ tubuh berbeda.
3. Pola perkembangan anak adalah sama, tetapi kecepatannya berbeda antar anak satu dengan yang lainnnya.
4.    Aktifitas seluruh tubuh diganti dengan respon tubuh yang khas oleh setiap organ.
            
Secara garis besar menurut Markum, pertumbuhan dan perkembangan dibagi menjadi tiga, yaitu:

1.        Pertumbuhan dan Perkembangan Fisis
   Pertumbuhan dan perkembangan fisis meliputi perubahan dalam ukuran besar dan fungsi organisme atau individu. Perubahan ini bervariasi dari fungsi tingkat molekul yang sederhana seperti aktivasi enzim terhadap diferensi sel, sampai ke proses metabolisme yang kompleks dan perubahan bentuk fisik di masa pubertas.
2.        Pertumbuhan dan Perkembangan Intelektual
    Pertumbuhan dan perkembangan intelektual berkaitan dengan kepandaian berkomunikasi dan kemampuan menangani materi yang bersifat abstrak dan simbolik, seperti bermain, berbicara, berhitung, dan membaca.
3.        Pertumbuhan dan Perkembangan Emosional
   Pertumbuhan dan perkembangan emosional bergantung pada kemampuan bayi untuk membentuk ikatan bathin, kemampuan untuk bercinta kasih.

Prinsip pertumbuhan dan perkembangan menurut Potter & Perry, yaitu :

1.    Perkembangan merupakan hal yang teratur dan mengikuti arah rangkaian tertentu.
2.    Perkembangan adalah suatu yang terarah dan berlangsung secara terus-menerus, dalam pola sebagai berikut:
        A.    Cephalocaudal yaitu pertumbuhan yang berlangsung terus dari daerah kepala ke arah bawah
              bagian tubuh.
        B.     Proximodistal yaitu perkembangan yang berlangsung terus dari daerah pusat (proximal) tubuh ke
              arah luar tubuh (distal).
      C.  Differentiation yaitu perkembangan yang berlangsung terus dari yang mudah ke arah yang lebih
              kompleks.
3.    Perkembangan merupakan hal yang kompleks, dapat diprediksi, terjadi dengan pola yang konsisten dan kronolgis.

Tahap-tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia

            Tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan pada manusia adalah sebagai berikut:

1.      Masa Prenatal (Konsepsi hingga kelahiran)

Germinal: Konsepsi sampai ± 2 minggu
Embrionik: 2 hingga 8 minggu
Janin: 8 hingga 40 minggu (lahir)
Proses ini merupakan masa yang penting karena terjadi pertumbuhan yang sangat cepat dan ketergantungan total terhadap ibu. Hubungan kesehatan ibu dengan neonatus menyebabkan pentingnya pelayanan prenatal yang tepat demi kesehatan dan kesejahteraan bayi.

2.      Masa Infancy (Kelahiran hingga 12/18 bulan)

Neonatus: Lahir hingga 28 hari
Infancy: 1 hingga 12 bulan
            Disini terjadi perkembangan yang cepat pada sistem motorik, kognitif, dan sosial. Melalui hubungan denga orangtua, anak akan membangun kepercayaan terhadap dunia da menjadi dasar bagi hubungan antarpribadi di masa depan. Bulan pertama pascakelahiran mendapat perhatian karena terjadi penyesuaian fisik terhadap kehidupan di luar janin dan penyesuaian psikologis terhadap orangtua.

3.      Masa Anak-anak Awal (1 hingga 6 tahun)

Toddler: 1 hingga 3 tahun
Pra Sekolah: 3 hingga 6 tahun
            Disini anak akan melakukan banyak aktivitas dan penemuan, yang dimulai saat ia memperoleh kemampuan motorik berdiri sampai masuk sekolah. Masa ini ditandai dengan perkembangan fisik dan kepribadian yang menonjol. Perkembangan motorik akan bertambah secara perlahan namun pasti. Anak akan membutuhkan penggunaan bahasa, hubungan sosial yang lebih luas, mempelajari standar peran, memperoleh kendali terhadap diri, menyadari ketergantungan dan kemandirian, serta mulai membangun konsep diri.

4.      Masa Anak-anak Menengah (6 hingga 11/12 tahun)

Masa ini disebut juga usia sekolah. Fokus anak akan bergeser dari keluarga ke hubungan kelompok yang lebih luas. Perkembangan fisik, mental, dan sosial masih terus berjalan dengan penekanan pada pembangunan keterampilan. Kerjasama sosial dan perkembangan moral akan semakin relevan untuk tingkat kehidupan selanjutnya. Masa ini sangat penting untuk pembentukan konsep diri.

5.      Masa Anak-anak Akhir (11 hingga 19 tahun)

Prepubertas: 10 hingga 13 tahun
Remaja: 13 hingga 18 tahun
            Masa remaja merupakan masa transisi yang dinilai saat pubertas sampai masuknya anak ke dalam dunia dewasa, biasanya berupa kelulusan sekolah menengah atas. Pematangan biologis dan pribadi disertai konflik fisik dan emosional. Remaja mendefinisikan ulang konsep dirinya. Pada masa remaja akhir, anak mulai memikirkan kembali semua nilai yang telah dipelajari dan berfokus pada identitas individual. 

Perkembangan PSIKOSEKSUAL

            Dalam perkembangan psikoseksual dalam proses petumbuhan dan perkembangan dapat dijelaskan beberapa tahap sebagai berikut:

             A. Tahap Oral / Sensori (Lahir-12 bulan)
Dalam tahap ini, biasanya anak memiliki karakter diantaranya aktivitasnya mulai melibatkan mulut untuk sumber utama dalam kenyamanan anak, perasaannya mulai bergantung pada orang lain (dependent), prosedur dalam pemberian makan sebaiknya memberikan kenyamanan dan keamanan bagi anak.

             B. Tahap Anal / Muskular (1-3 tahun / toddler)
Dalam tahap ini, anak biasanya menggunakan rektum / anus sebagai sumber kenyamana, apabila terjadi gangguan pada tahap ini dapat menimbulkan kepribadian yang obsesif-kompulsif seperti keras kepala, kikir, kejam, dan tempramen.

             C. Tahap Falik (3-6 tahun / pra sekolah)
Dalam tahap ini, anak lebih merasa nyaman pada organ genitalnya selain itu masturbasi dimulai dan keingintahuan tentang seksual. Hambatan yang terjadi pada masa ini menyebabkan kesulitan dalam identitas seksual dan bermasalah dengan otoritas, ekspresi malu, dan takut.

              D. Tahap Latensi (6-12 tahun / masa sekolah)
Dalam tahap ini, anak mulai menggunakan energinya untuk mulai aktivitas intelektual dan fisik, dalam periode kegiatan seksual tidak muncul, penggunaan koping dan mekanisme pertahanan diri muncul pada waktu ini.

              E. Tahap Genital (13 tahun keatas / pubertas / ramaja hingga dewasa)
Dalam tahap ini, genital menjadi pusat kesenangan seksual dan tekanan proses hormon seksual menstimulasi perkembangan heteroseksual, energi ditunjukkan untuk mencapai hubungan seksual yang teraktur, pada awal fase ini sering muncul emosi yang belum matang, kemudian berkembang kemampuan untuk menerima dan memberi cinta.

Perkembangan BIOLOGIS

           Teori biologisme, biasa disebut teori nativisme menekankan pentingnya peranan bakat. Para penganut biologisme menekankan pada faktor biologis, menekankan fase-fase perkembangan yang harus dilalui. Sedangkan penganut sosiologisme atau emvilisme menekankan peranan lingkungan pada peranan pribadi.
            Sebagai makhluk kodrati yang kompleks, manusia memiliki intelegensi dan kehendak bebas. Dalam hal perkembanngan, pada awalnya manusia berkembang alami sesuai dengan sesuai dengan hukum alam. Kemudian perkembangan alami manusia ini menjadi jauh melampaui perkembangan makhluk lain melalui intervensi intelegensi dan kebebasannya.

Perkembangan PSIKOSOSIAL

            Erik H. Erickson mengungkapkan pendapatnya tentang teori perkembangan psikososial, diantaranya:

A.    Trust VS Mistrust (Lahir-12 bulan)
Kekuatan dasar: Dorongan dan harapan.

       Anak memiliki indikator positif yaitu belajar percaya kepada orang lain, tetapi selain itu ada segi negatif nya yaitu tidak poercaya, menarik diri dari lingkungan masyarakat, dan bahkan pengasingan. Pemenuhan kepuasan untuk makan dan menghisap, rasa hangat dan hangat, cinta dan rasa aman itu bisa menghasilkan kepercayaan. Pada saaat kebutuhan dasar tidak terpenuhi bayi akan menjadi curiga, penuh rasa takut, dan tidak percaya. Hal ini ditandai dengan perilaku makan, tidur, dan eleminasi yang buruk.

B.     Otonomosi VS Ragu-ragu dan Malu (1-3 tahun / Toddler)
Kekuatan dasar: Pengendalian diri, keberanian, dan kemauan.

       Gejala positif dari tahap ini adalah kontrol diri tanpa kehilangan harga diri, dan negatifnya anak terpaksa membatasi atau mengalah. anak mulai mengembangkan kemandirian dan mulai terbentuk kontrol diri. Hal ini harus didukung oleh orangtua, mungkin apabila dukungan tidak dimiliki, maka anak tersebut memiliki kepribadian yang ragu-ragu.

C.     Inisiatif VS Merasa Bersalah (3-6 tahun / Pra Sekolah)
Kekuatan dasar: Tujuan

       Anak mulai mempelajari tingkat ketegasan dan tujuan mempengaruhi lingkungan dan mulai mengevaluasi kebiasaan diri sendiri. Disamping itu, anak kurang percaya diri, pesimis, pembatasan dan kontrol yang berlebihan terhadap aktivitas pribadinya. Rasa bersalah mungkin mucul pada saat melakukan ativitas yang berlawanan dengan orangtua dan anak harus diajari memulai aktivitas tanpa mengganggu hak-hak orang lain.

D.    Industri VS Inferior (6-12 tahun / Usia Sekolah)
Kekuatan dasar: Metode dan kompetensi.

       Anak mendapatkan pengenalan melalui demostarasi keterampilan dan produksi benda-benda, serta mengembangkan harga diri melalui pencapaian, anak biasanya terpengaruh oleh guru dan sekolah. anak juga sering hilang harapan, merasa cukup, menarik diri dari sekolah, dan teman sebaya.

E.     Identitas VS Bingung Peran (12-18 tahun / Remaja)
Kekuatan dasar: Kesetiaan dan ketergantungan.

       Teman sebaya memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perilaku anak, anak mengembangkan penyatuan rasa diri sendiri, kegagalan untuk mengembangkan rasa identitas dengan kebingungan peran, sering muncul dalam perasaan tidak adekuat, isolasi dan keragu-raguan.

Perkembangan Moral

            Moral merupakan bagian yang cukup penting dalam jiwa remaja. Sebagian orang berpendapat bahwa moral bisa mengendalikan tingkah laku anak yang beranjak dewasa ini sehingga ia tidak melakukan hal-hal yang merugikan atau bertentangan dengan kehendak atau pandangan masyarakat. Di sisi lain tiadanya moral seringkali dituding sebagai faktor penyebab meningkatnya kenakalan remaja.
            Para sosiolog beranggapan bahwa masyarakat sendiri punya peran penting dalam  pembentukan moral. W.G Summer, berpendapat bahwa tingkah laku manusia yang terkendali disebabkan oleh adanya kontrol dari masyarakat ittu sendiri yang mempunyai sanksi-sanksi tersendiri buat pelanggar-pelanggarnya. Bayi berada dalam tahap perkembangan moral yang oleh Piaget disebut moralitas dengan paksaan (preconventional level) yang merupakan tahap pertama dari tiga tahapan perkembangan moral.

           Menurut Teori Kohlberg, menyatakan bahwa perkembangan moral meliputi beberapa tahap, meliputi:

A.    Tingkat Premoral / Prekonvensional (Lahir-9 tahun)
          Anak menyesuaikan minat diri sendiri dengan aturan, berasumsi bahwa penghargaan atau bantuan akan diterimanya, kewaspadaan terhadap moral yang bisa diterima secara sosial, kontrol, emosi didapatkan dari luar.

B.     Tingkat moralitas konvensional (9-13 tahun)
       Usaha yang dilakukan untuk menyenangkan orang lain, kontrol emosi didapat dari dalam, anak menyesuaikan diri untuk menghindari penolakan dan menghindari   kritikan dari yang berwenang.

C.     Tingkat moralitas pasca konvensional (13 tahun sampai meninggal)
            Individu memperoleh nilai moral yang besar, pencapaian nilai moral yang besar terjadi setelah dicapai formal opersional dan tidak semua orang mencapai tingkat ini.
         Konsep kunci untuk memahami perkembangan moral, khususnya teori Kohlberg, ialah internalisasi (Internalization), yakni perubahan perkembangan dari perilaku uang dikendalikan secara eksternal menjadi perilaku yang dikendalikan secara internal.

Perkembangan SPIRITUAL

            Sejalan dengan perkembangan sosial, perkembangan keagamaan mulai disadari bahwa terdapat aturan-aturan perilaku yang boleh, harus atau terlarang untuk melakukannya. Perkembangan spiritual anak sangat berpengaruh sekali dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Agama sebagai pedoman hidup anak untuk masa yang akan datang. Selain itu, moral seorang anak dapat dibentuk melalui perkembangan spiritual. Anak diberi pengetahuan adanya kepercayaan Tuhan YME sesuai dengan keprcayaan yang dianut orangtua. karena agama seorang anak itu  diturunkan/diwariskan oleh orangtuanya.
           
Para ahli berpendapat bahwa perkembangan spiritual dibagi mejadi 3 tahapan, yaitu :

A.    Masa Kanak-kanak (sampai 7 tahun)
      Tanda-tandanya antara lain: Sikap keagamaan resepsif meskipun banyak bertanya, pandangan ketuhanan masih dipersonifikasikan, penghayatan secara rohaniah masih belum mendalam meskipun mereka telah melakukan kegiatan ritual.

       B.     Masa Anak Sekolah (7-12tahun)
          Tanda-tandanya antara lain: Sikap keagamaan resepsif tetapi disertai pengertian, pandangan dan faham ketuhanan diterangkan secara rasional berdasarkan kaidah - kaidah logika yang bersumber pada indikator alam semesta sebagai manifestasi dan eksistensi dan keagungan-Nya, penghayatan secara rohaniah makin mendalam melaksanakan ritual.

        C.     Masa remaja (12-18 tahun)
1.  Tanda-tandanya masa remaja awal: Sikap negatif disebabkan alam pikirannya yang            kritis melihat kenyataan orang-orang beragama secara hypocrit yang pengakuan dan ucapannya tidak selalu sama dengan perbuatannya, pandangan dalam hal ketuhanan menjadi kacau karena ia bingung terhadap berbagai konsep tentang aliran dan paham yang saling bertentangan.
2.      Tanda-tanda masa remaja berakhir: Sikap kembali kearah positif dengan tercapainya             kedewasaan intelektual, pandangan dalam hal ketuhanan dipahamkan dalam konteks agama yang dianut dan dipilih, penghayatan rohaninya kembali tenang setelah melaui proses indentifikasi dan membedakan agama sebagai doktrin bagi para penganutnya.

            Perawat bisa membantu dengan melakukan tidakan memberikan pengetahuan kepada anak tentang apa yang terbaik bagi kesehatan anak dan keadaan dimana anak memerlukan secara spiritual demi kesembuhan penyakitnya. Allah SWT selamanya mendengar bisikan dan pembicaraan, melihat setiap gerak-geriknya dan mengetahui apa yang dirahasiakan, memperhatikan khusyuk, taqwa dan ibadah.

Semoga bermanfaat dan berguna buat para pembaca. Kritik dan saran sangat dibutuhkan guna meningkatkan kemampuan penulis. Terima kasih.