Rabu, 03 April 2013

Hubungan Kebudayaan dengan Kesehatan

By: Muhammad Rozikhin
       Student of Nursing at Universitas Esa Unggul'12 - Jakarta


A.    Penjelasan Budaya

            Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
            Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
            Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
                  Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosiobudaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya.
            Perubahan sosial dan budaya yang terjadi seiring tekanan besar yang dilakukan manusia terhadap sistem alam sekitar, menghadirkan berbagai macam risiko kesehatan dan kesejahteraan bagi seluruh umat manusia. Sebagai contoh, kita terus mempertinggi konsentrasi gas-gas tertentu yang menyebabkan meningkatkan efek alami rumah kaca (green house) yang mencegah bumi dari pendinginan alami (freezing).
  • Jika seseorang sedang mengalami Haid atau menstruasi, lalu ia menginjak ibu jari kaki temannya secara sengaja. Maka temannya itu akan mengalami menstruasi juga, tidak lama setelah ibu jari kakinya diinjak. Hal ini menyatakan bahwa adanya kepercayaan oleh orang-orang Yogyakarta.  Karena percaya atau tidak percaya, biasanya kejadian ini sungguh-sungguh terjadi. Karena ada pengalaman yang telah banyak orang alami. Namun secara ilmu kesehatan itu tidak dibenarkan, karena menstruasi sendiri terjadi secara alamiah, dan tiap-tiap orang berbeda.
  • Orang tua dulu sering mengatakan bahwa tidak boleh jika makan tebu saat hamil. Karena saat proses melahirkan nanti, sang ibu akan mengeluarkan darah dari kandungannya. Namun secara ilmu kesehatan itu tidak dibenarkan. Justru zat gula yang ada pada tebu dapat menambah tenaga.
  • Tidak boleh memakan kerak saat hamil. Karena saat melahirkan nanti, plasenta bayi akan sulit diambil.
  • Saat seorang istri sedang hamil, sebaiknya suami tidak membunuh hewan apa pun. Karena bisa jadi anaknya nanti akan terlahir mirip dengan hewan yang dibunuhnya. Menurut pengalaman, ada seorang gadis yang mirip dengan kera. Karena saat ibunya mengandung gadis tersebut, ayahnya membunuh kera secara kejam di Tawangmangu, Jawa Tengah.
  • Tidak boleh berbicara atau banyak bergerak saat membersihkan telinga. Karena telinga akan mengalami gangguan, seperti congekan (otitis). Hal ini dikarenakan, jika terlalu banyak bergerak takutnya akan terjadi goresan, dan dari goresan tersebut bisa memicu infeksi.
  • Anak laki-laki sehabis khitanan tidak boleh makan telur. Karena lukanya tidak cepat kering. Namun secara ilmu kesehatan itu tidak benar, justru telur itu banyak mengandung protein yang bagus untuk mempercepat pengeringan luka.
            Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka. Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.

   B.     Unsur Kebudayaan

            Koentjaraningrat (2002) membagi budaya menjadi 7 unsur : yakni sistem religi dan  upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian hidup dan sistem teknologi dan peralatan. Ketujuh unsur itulah yang membentuk budaya secara keseluruhan.

        C.    Aspek Sosial yang Mempengaruhi Status Kesehatan dan Perilaku Kesehatan

            Ada beberapa aspek sosial yang mempengaruhi status kesehatan antara lain adalah :

 1.    Umur
            Jika dilihat dari golongan umur maka ada perbedaan pola penyakit berdasarkan golongan umur. Misalnya balita lebiha banyak menderita penyakit infeksi, sedangkan golongan usila lebih banyak menderita penyakit kronis seperti hipertensi, penyakit jantung koroner, kanker, dan lain-lain.

2.    Jenis Kelamin
            Perbedaan jenis kelamin akan menghasilkan penyakit yang berbeda pula. Misalnya dikalangan wanita lebih banyak menderita kanker payudara, sedangkan laki-laki banyak menderita kanker prostat.

3.    Pekerjaan
            Ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan pola penyakit. Misalnya dikalangan petani banyak yang menderita penyakit cacing akibat kerja yang banyak dilakukan disawah dengan lingkungan yang banyak cacing. Sebaliknya buruh yang bekerja di industri, misal di pabrik tekstil banyak yang menderita penyakit saluran pernapasan karena banyak terpapar dengan debu.

4.    Sosial Ekonomi
            Keadaan sosial ekonomi juga berpengaruh pada pola penyakit. Misalnya penderita obesitas lebih banyak ditemukan pada golongan masyarakat yang berstatus ekonomi tinggi, dan  sebaliknya malnutrisi lebih banyak ditemukan dikalangan masyarakat yang status ekonominya rendah.

Menurut H.Ray Elling (1970) ada 2 faktor sosial yang berpengaruh pada perilaku kesehatan :
·         Self concept
            Self concept kita ditentukan oleh tingkatan kepuasan atau ketidakpuasan yang kita rasakan terhadap diri kita sendiri, terutama bagaimana kita ingin memperlihatkan diri kita kepada orang lain. Apabila orang lain melihat kita positip dan menerima apa yang kita lakukan, kita akan meneruska perilaku kita, begitu pula sebaliknya.
·         Image kelompok
            Image seorang individu sangat dipengaruhi oleh image kelompok. Sebagai contoh, anak  seorang dokter akan terpapar oleh organisasi kedokteran dan orang-orang dengan pendidikan tinggi, sedangkan anak buruh atau petani tidak terpapar dengan lingkungan medis, dan besar kemungkinan juga tidak bercita-cita untuk menjadi dokter.

 D.    Aspek Budaya yang Mempengaruhi Status Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan

Menurut G.M. Foster (1973) , aspek budaya dapat mempengaruhi kesehatan, yaitu:
1.      Pengaruh tradisi
Ada beberapa tradisi didalam masyarakat yang dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan masyarakat.
2.      Sikap fatalistis
Hal lain adalah sikap fatalistis yang juga mempengaruhi perilaku kesehatan.  Contoh : Beberapa anggota masyarakat dikalangan kelompok tertentu (fanatik) yang beragama islam percaya bahwa anak adalah titipan Tuhan, dan sakit atau mati adalah takdir, sehingga masyarakat kurang berusaha untuk segera mencari pertolongan pengobatan bagi anaknya yang sakit.
3.      Sikap ethnosentris
Sikap yang memandang kebudayaan sendiri yang paling baik jika dibandingkan dengan kebudayaan pihak lain.
4.      Pengaruh perasaan bangga pada statusnya
      Contoh : Dalam upaya perbaikan gizi, disuatu daerah pedesaan tertentu, menolak untuk makan daun singkong, walaupun mereka tahu kandungan vitaminnya  tinggi. Setelah diselidiki ternyata masyarakat bernaggapan daun singkong hanya pantas untuk makanan kambing, dan mereka menolaknya karena status mereka tidak dapat disamakan dengan kambing.
5.      Pengaruh norma
      Contoh : upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi banyak mengalami hambatan karena ada norma yang melarang hubungan antara dokter yang memberikan pelayanan dengan bumil sebagai pengguna pelayanan.
6.      Pengaruh nilai
      Nilai yang berlaku didalam masyarakat berpengaruh terhadap perilaku kesehatan. Contoh : masyarakat memandang lebih bergengsi beras putih daipada beras merah, padahal mereka mengetahui bahwa vitamin B1 lebih tinggi diberas merah daripada diberas putih.
7.      Pengaruh unsur budaya yang dipelajari pada tingkat awal dari proses sosialisasi terhadap perilaku kesehatan. Kebiasaan yang ditanamkan sejak kecil akan berpengaruh terhadap kebiasaan pada seseorang ketika ia dewasa. Misalnya saja, manusia yang biasa makan nasi sejak kecil, akan sulit diubah kebiasaan makannya setelah dewasa.
8.      Pengaruh konsekuensi dari inovasi terhadap perilaku kesehatan
      Apabila seorang petugas kesehatan ingin melakukan perubahan perilaku kesehatan masyarakat, maka yang harus dipikirkan adalah konsekuensi apa yang akan terjadi jika melakukan perubahan, menganalisis faktor-faktor yang terlibat/berpengaruh pada perubahan, dan berusaha untuk memprediksi tentang apa yang akan terjadi dengan perubahan tersebut.

       E.     Perubahan Sosial Budaya

Menurut Koentjaraningrat, bahwa perubahan budaya yang terjadi di masyarakat dapat dibedakan ke dalam beberapa bentuk :

       1.      Perubahan yang terjadi secara lambat dan cepat.
       2.      Perubahan yang pengaruhnya kecil dan besar.
       3.      Perubahan yang direncanakan dan yang tidak direncanakan.

           F.     Makanan Dan Budaya

1.      Definisi Makanan
Makanan adalah bahan selain obat yang mengandung zat-zat gizi dan atau unsurunsur/ikatan kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh, yang berguna bila dimasukkan dalam tubuh.
2.      Kebudayaan Menentukan Makanan
Sebagai suatu konsep budaya, makanan (food) bukanlah semata-mata suatu produk organik dengan kualitas-kualitas biokimia yang dapat dipakai oleh organisma termasuk manusia untuk mempertahankan hidupnya. Akan tetapi makanan sebagai sesuatu yang akan dimakan, diperlukan pengesahan budaya. Lewat konsep-konsep budaya itulah sejumlah makanan yang menurut ilmu gizi sangat bermanfaat untuk dikonsumsi, tetapi dalam prakteknya bisa jadi justru dihindari.
            Contoh :
·         Adanya pantangan bayi dan anak tidak diberikan daging, ikan, telur, dan makanan yang dimasak dengan santan dan kelapa parut sebab dipercaya akan menyebabkan cacingan, sakit perut, dan sakit mata .
·         Bagi gadis dilarang makan buah: pepaya, nanas dan jenis pisang tertentu (yang dianggap tabu) karena ada hubungan yang erat dengan siklus masa haid, hubungan kelamin dan reproduksi .
Jadi, dapat kita pahami bahwa adanya masalah gizi di Indonnesia bukan hanya karena masalah sosek, tapi juga karena alasan-alasan budaya, di mana ada ketersediaan makanan tetapi terpaksa tidak dikonsumsi karena kepercayaan atau ketidaklaziman atau karena larangan agama.
3.      Istilah Makanan “Food Versus Nutrimen”
    Masalah aktivitas makan tidak semata-mata sebagai aktivitas fisik manusia untuk   pemenuhan naluriahnya seperti lapar, tetapi  juga di dalamnya dilekati oleh pengetahuan budaya. Lewat pengetahuan budaya itu, masyarakat manusia mengkategorikan makanan ke dalam dua istilah yaitu nutrimen (nutriment) dan  makanan (food).
·         Nutriment adalah suatu konsep biokimia, suatu zat yang mampu untuk memelihara dan menjaga kesehatan organisme yang menelannya, terlepas dari apakah makanan itu diperbolehkan atau dilarang dalam kaitannya dengan budaya.
·         Food adalah suatu konsep budaya. Sebagai konsep budaya, maka di dalamnya terdapat penjelasan budaya mengenai kategori (bahan) makanan anjuran lawan makanan tabu (larangan); makanan prestise lawan makanan rendah; makanan dingin lawan makanan panas, dan sebagainya. Sebagai suatu konsep budaya, makanan (food) bukanlah semata-mata suatu produk organik dengan kualitas-kualitas biokimia yang dapat dipakai oleh organisma termasuk manusia untuk mempertahankan hidupnya. Akan tetapi makanan sebagai sesuatu yang akan dimakan, diperlukan pengesahan budaya.
·         Jellife & Bennet 1962 menyatakan : “Manusia dimana saja, bahkan dalam keadaan sukar sekalipun, hanya makan sebagian dari bahan-bahan yang sebenarnya dapat dimakan tersedia”.
4.      Klasifikasi Makanan
          Variasi klasifikasi makanan antara lain :
a.       Menurut prestise – status
b.      Pertemuan sosial
c.       Usia
d.      Keadaan sehat – sakit
e.       Nilai simbolik – ritual
5.      Peranan Simbolik Makanan
a.       Sebagai ungkapan ikatan sosial
b.      Sebagai ungkapan kesetiakawanan kelompok
c.       Makanan dan stress
d.      Simbolisme makanan dalam bahasa

G.      Manfaat Bagi Petugas Kesehatan Mempelajari Kebudayaan

1.      Di dalam semua religi atau agama, ada kepercayaan tertentu yang berkaitan dengan kesehatan, gizi, dll. Misal : orang yang beragama Islam : tidak makan babi, sehingga dalam rangka memperbaiki status gizi, seorang petugas kesehatan dapat menganjurkan makanan lain yang bergizi yang tidak bertentangan dengan agamanya.
2.      Dengan mempelajari organisasi masyarakat, maka petugas kesehatan akan mengetahui organisasi apa saja yang ada di masyarakat, kelompok mana yang berkuasa, kelompok  mana yang menjadi panutan, dan tokoh mana yang disegani. Sehingga dapat dijadikan strategi pendekatan yang lebih tepat dalam upaya mengubah perilaku kesehatan masyarakat.
3.      Petugas kesehatan juga perlu mengetahui pengetahuan masyarakat tentang kesehatan. Dengan  mengetahui pengetahuan masyarakat maka petugas kesehatan akan mengetahui mana yang perlu ditingkatkan, diubah dan pengetahuan mana yang perlu dilestarikan dalam memperbaiki status kesehatan.
4.      Petugas kesehatan juga perlu mempelajari bahasa lokal agar lebih mudah  berkomunikasi, menambah rasa kedekatan, rasa kepemilikan bersama dan rasa persaudaraan.
5.      Selain itu perlu juga mempelajari tentang kesenian dimasyarakat setempat. Karena petugas kesehatan dapat memanfaatkan kesenian yang ada dimasyarakat  untuk menyampaikan pesan kesehatan.
6.      Sistem mata pencaharian juga perlu dipelajari karena sistem mata  pencaharian  ada kaitannya dengan pola penyakit yang diderita oleh masyarakat tersebut.
7.      Teknologi dan peralatan masyarakat setempat. Masyarakat akan lebih mudah menerima pesan yang disampaikan petugas jika petugas menggunakan teknologi dan peralatan yang dikenal masyarakat.

       H.    Penjelasan Kesehatan

            Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan perawatan termasuk kehamilan dan persalinan. Pendidikan kesehatan adalah proses membantu sesorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun secara kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang memengaruhi kesehatan pribadinya dan orang lain.
            Definisi yang bahkan lebih sederhana diajukan oleh Larry Green dan para koleganya yang menulis bahwa pendidikan kesehatan adalah kombinasi pengalaman belajar yang dirancang untuk mempermudah adaptasi sukarela terhadap perilaku yang kondusif bagi kesehatan. Data terakhir menunjukkan bahwa saat ini lebih dari 80 persen rakyat Indonesia tidak mampu mendapat jaminan kesehatan dari lembaga atau perusahaan di bidang pemeliharaan kesehatan, seperti Akses, Taspen, dan Jamsostek. Golongan masyarakat yang dianggap 'teranak tirikan' dalam hal jaminan kesehatan adalah mereka dari golongan masyarakat kecil dan pedagang.
            Dalam pelayanan kesehatan, masalah ini menjadi lebih pelik, berhubung dalam manajemen pelayanan kesehatan tidak saja terkait beberapa kelompok manusia, tetapi juga sifat yang khusus dari pelayanan kesehatan itu sendiri.
            Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1.      Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
2.      Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat.
3.      Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
4.      Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.
5.      Kesehatan adalah sesuatu yang sangat berguna.
            Salah satu tujuan nasional adalah memajukan kesejahteraan bangssa, yang berarti memenuhi kebutuhan dasar manusia, yaitu pangan, sandangpanganpendidikan, kesehatan, lapangan kerja dan ketenteraman hidup. Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk, jadi tanggung jawab untuk terwujudnya derajat kesehatan yang optimal berada di tangan seluruh masyarakat Indonesia, pemerintah, dan swasta bersama-sama.
            Tujuan dan ruang lingkup kesehatan lingkungan dapat dibagi menjadi dua, secara umum dan secara khusus. Tujuan dan ruang lingkup secara umum, antara lain:
1.      Melakukan koreksi atau perbaikan terhadap segala bahaya dan ancaman pada kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia.
2.      Melakukan usaha pencegahan dengan cara mengatur sumber-sumber lingkungan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia.
3.      Melakukan kerja sama dan menerapkan program terpadu di antara masyarakat dan institusi pemerintah serta lembaga nonpemerintah dalam menghadapi bencana alam atau wabah penyakit menular.
            Adapun tujuan dan ruang lingkup secara khusus meliputi usaha-usaha perbaikan atau pengendalian terhadap lingkungan hidup manusia, yang di antaranya berupa:
1.      Menyediakan air bersih yang cukup dan memenuhi persyaratan kesehatan.
2.     Makanan dan minuman yang diproduksi dalam skala besar dan dikonsumsi secara luas oleh masyarakat.
3.    Pencemaran udara akibat sisa pembakaran BBMbatubara, kebakaran hutan, dan gas beracun yang berbahaya bagi kesehatan dan makhluk hidup lain dan menjadi penyebab terjadinya perubahan ekosistem.
4.      Limbah cair dan padat yang berasal dari rumah tangga, pertanian, peternakan, industri, rumah sakit, dan lain-lain.
5.      Perumahan dan bangunan yang layak huni dan memenuhi syarat kesehatan.
6.      Kebisinganradiasi, dan kesehatan kerja.
7.      Survei sanitasi untuk perencanaan, pemantauan, dan evaluasi program kesehatan lingkungan.

I.       Hubungan Kesehatan dalam Sosial Budaya 

            Seperti kita ikuti bersama, akhir-akhir ini diskusi tentang global change banyak diangkat. Berbagai perubahan sosial, ekonomi, budaya, teknologi dan politik mengharuskan jalinan hubungan di antara masyarakat manusia di seluruh dunia. Fenomena ini dirangkum dalam terminologi globalisation. Ditengah riuh rendah globalisasi inilah muncul wacana Dampak Perubahan Sosial dan Budaya. Dampak dari perubahan sosial dan budaya sendiri diartikan sebagai perubahan dalam skala besar pada sistem biofisik dan ekologi yang disebabkan aktifitas manusia.
            Perubahan ini terkait erat dengan sistem penunjang kehidupan planet bumi (life-support system). Ini terjadi melalui proses historis panjang dan merupakan agregasi pengaruh kehidupan manusia terhadap lingkungan, yang tergambar misalnya pada angka populasi yang terus meningkat, aktifitas ekonomi, dan pilihan-pilihan teknologi dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Saat ini pengaruh dan beban terhadap lingkungan hidup sedemikian besar, sehingga mulai terasa gangguan-gangguan terhadap Sistem Bumi kita. 
         Selama abad 20 ini, suhu rata-rata permukaan bumi meningkat sekitar 0,6oC dan sekitar ¾ pemanasan ini terjadi sejak tahun 1975. Dampak perubahan sosial dan budaya penting lainnya adalah menipisnya lapisan ozon, hilangnya keaneragaman hayati (biodiversity), degradasi kualitas lahan, penangkapan ikan melampaui batas (over-fishing), terputusnya siklus unsur-unsur penting (misalnya nitrogen, sulfur, fosfor), berkurangnya suplai air bersih, urbanisasi, dan penyebaran global berbagai polutan organik.
          Dari kacamata kesehatan, hal-hal di atas mengindikasikan bahwa kesehatan umat manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor yang terjadi di luar batas kemampuan daya dukung ruang lingkungan dimana mereka hidup. Dalam skala global, selama ¼ abad ke belakang, mulai tumbuh perhatian serius dari masyarakat ilmiah terhadap penyakit-penyakit yang terkait dengan masalah lingkungan, seperti kanker yang disebabkan racun tertentu (toxin related cancers), kelainan reproduksi atau gangguan pernapasan dan paru-paru akibat polusi udara. Secara institusional International Human Dimensions Programme on Global Environmental Change (IHDP) membangun kerjasama riset dengan Earth System Science Partnership dalam menyongsong tantangan permasalahan kesehatan dan Dampak dari perubahan sosial dan budaya. 
     Pengaruh perubahan iklim global terhadap kesehatan umat manusia bukan pekerjaan mudah. Dibutuhkan kerja keras dan pendekatan interdisiplin diantaranya dari studi evolusi, bio-geografi, ekologi dan ilmu sosial. Di sisi lain kemajuan teknik penginderaan jauh (remote sensing) dan aplikasi-aplikasi sistem informasi geografis akan memberikan sumbangan berarti dalam melakukan monitoring lingkungan secara multi-temporal dan multi-spasial resolusi.
            Dua faktor ini sangat relevan dengan tantangan studi dampak perubahan sosial dan budaya terhadap kesehatan lingkungan yang memerlukan analisa historis keterkaitan dampak perubahan sosial dan budaya dan kesehatan serta analisa pengaruh perubahan sosial dan budaya di tingkat lokal, regional hingga global. 

J.      Proses Perubahan Sosial dan Budaya Mempengaruhi Kesehatan Manusia

            Ada tiga alur tingkatan pengaruh perubahan sosial dan budaya terhadap kesehatan. Pengaruh ini dari urutan atas ke bawah menunjukkan peningkatan kompleksitas dan pengaruhnya bersifat semakin tidak langsung pada kesehatan. Pada alur paling atas, terlihat bagaimana perubahan pada kondisi mendasar lingkungan fisik (contohnya: suhu ekstrim atau tingkat radiasi ultra violet) dapat mempengaruhi biologi manusia dan kesehatan secara langsung (misalnya sejenis kanker kulit).
            Alur pada dua tingkatan lain, di tengah dan bawah, mengilustrasikan proses-proses dengan kompleksitas lebih tinggi, termasuk hubungan antara kondisi lingkungan, fungsi-fungsi ekosistem, dan kondisi sosial-ekonomi. Alur tengah dan bawah menunjukkan tidak mudahnya menemukan korelasi langsung antara perubahan lingkungan dan kondisi kesehatan. Akan tetapi dapat ditarik benang merah bahwa perubahan-perubahan lingkungan ini secara langsung atau tidak langsung bertanggung jawab atas faktor-faktor penyangga utama kesehatan dan kehidupan manusia, seperti produksi bahan makanan, air bersih, kondisi iklim, keamanan fisik, kesejahteraan manusia, dan jaminan keselamatan dan kualitas sosial.
            Para praktisi kesehatan dan lingkunganpun akan menemukan banyak domain permasalahan baru di sini, menambah deretan permasalahan pemunculan toksi-ekologi lokal, sirkulasi lokal penyebab infeksi, sampai ke pengaruh lingkungan dalam skala besar yang bekerja pada gangguan kondisi ekologi dan proses penyangga kehidupan ini.

K.    Contoh Permasalahan yang Berhubungan Budaya dan Kesehatan

            Sebagai contoh hubungan kebudayaan dengan kesehatan, menurut masyarakat Yogyakarta yang mengikuti budaya Jawa, banyak adat atau ketentuan tertentu dalam menjalani kehidupan yang berhubungan degan kesehatan. Diantaranya adalah:

·                     Jika seseorang sedang mengalami Haid atau menstruasi, lalu ia menginjak ibu jari kaki temannya secara sengaja. Maka temannya itu akan mengalami menstruasi juga, tidak lama setelah ibu jari kakinya diinjak. Hal ini menyatakan bahwa adanya kepercayaan oleh orang-orang Yogyakarta.  Karena percaya atau tidak percaya, biasanya kejadian ini sungguh-sungguh terjadi. Karena ada pengalaman yang telah banyak orang alami. Namun secara ilmu kesehatan itu tidak dibenarkan, karena menstruasi sendiri terjadi secara alamiah, dan tiap-tiap orang berbeda.
·                     Orang tua dulu sering mengatakan bahwa tidak boleh jika makan tebu saat hamil. Karena saat proses melahirkan nanti, sang ibu akan mengeluarkan darah dari kandungannya. Namun secara ilmu kesehatan itu tidak dibenarkan. Justru zat gula yang ada pada tebu dapat menambah tenaga.
·                     Tidak boleh memakan kerak saat hamil. Karena saat melahirkan nanti, plasenta bayi akan sulit diambil.
·                     Saat seorang istri sedang hamil, sebaiknya suami tidak membunuh hewan apa pun. Karena bisa jadi anaknya nanti akan terlahir mirip dengan hewan yang dibunuhnya. Menurut pengalaman, ada seorang gadis yang mirip dengan kera. Karena saat ibunya mengandung gadis tersebut, ayahnya membunuh kera secara kejam di Tawangmangu, Jawa Tengah.
·                     Tidak boleh berbicara atau banyak bergerak saat membersihkan telinga. Karena telinga akan mengalami gangguan, seperti congekan (otitis). Hal ini dikarenakan, jika terlalu banyak bergerak takutnya akan terjadi goresan, dan dari goresan tersebut bisa memicu infeksi.
·                     Anak laki-laki sehabis khitanan tidak boleh makan telur. Karena lukanya tidak cepat kering. Namun secara ilmu kesehatan itu tidak benar, justru telur itu banyak mengandung protein yang bagus untuk mempercepat pengeringan luka.

Semoga bermanfaat dan berguna buat para pembaca. Kritik dan saran sangat dibutuhkan guna meningkatkan kemampuan penulis. Terima kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar