Minggu, 16 Juni 2013

Artikel Ilmiah Keperawatan

Perawatan Demensia Dengan Robot Binatang

Oleh :

Muhammad Rozikhin
201233040


ABSTRAK

Demensia adalah suatu sindroma penurunan kemampuan intelektual progresif yang menyebabkan deteriorasi kognitif dan fungsional, sehingga mengakibatkan ganggua fungsi sosial, pekerjaan, dan aktivitas sehari-hari. Dalam pemahaman juga mundur seperti hilangnya kemampuan untuk memahami pembicaraan yang cepat, percakapan yang kompleks atau abstrak, dan humor yang sarkatis atau sindiran. Robot Binatang (Animal Robot) yang memiliki peranan penting pada keperawatan pasien dengan demensia. Salah satu perawatan pasien dengan demensia adalah dengan meningkatkan lingkungan yang stabil melalui upaya komunikasi dengan kebutuhan dan kenyamanan pasien demensia. Robot binatang (Animal Robot) yang pertama kali diciptakan adalah Robot jenis hewan peliharaan kucing dan anjing. Kedua robot ini dapat berinteraksi dengan para penderita demensia sesuai dengan apa yang dilakukan. Untuk Robot Anjing memiliki sembilan sensor yang dapat melakukan enam perintah yang dilakukan. Hewan peliharaan robot dapat menjadi pengganti yang cocok untuk hewan peliharaan yang tampak dapat meningkatkan komunikasi dan kepercayaan diri pada penderita demensia.
Kata Kunci : Robot Binatang (Animal Robot), Demensia, dan Komunikasi.

Latar Belakang
Demensia adalah hilangnya ingatan yang bisa timbul bersama dengan gejala gangguan perilaku maupun psikologis. Gambaran paling awal berupa hilangnya ingatan mengenai peristiwa yang baru berlangsung. Terdapat gangguan kepribadian global bersama dengan berkembangnya perilaku abnormal secara bertahap, hilangnya intelektual, perubahan mood biasanya tanpa pemahaman, tumpulnya emosi, dan gangguan kognitif disertai ketidakmampuan untuk belajar.
Prevelensi demensia pada tiap-tiap negara berbeda-beda. Ini disebabkan karena tidak adanya gold standard untuk mendiagnosis demensia, ada perbedaan sosial kultural pada tiap-tiap negara yang mengakibatkan perbedaan dari hasil pemeriksaan. Tatemichi, Et all (1990) melaporkan prevelensi demensia pascastroke di Jepang mencapai angka 26,3%. Pohjasvaara (1997) melaporkan perevelensi demensia pascastroke di Indoia mencapai 31,8%. Roman (2002) melaporkan prevelensi demensia pascastroke di berbagai negara sebesar 21-45%. Angka prevelensi demensia vaskuler khusus pascastroke di Indonesia belum ada. Namun laporan Markam (2001) untuk Daerah Istimewa Yogyakarta didapatkan angka perevelensi demensia pascastroke 23,3%.
Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa populasi berusia diatas 65 tahun telah meningkat 2,8 kali pada tahun 2000 dibanding tahun 1950. Saat ini diperkirakan ada 750.000 penderita demensia di Inggris dan 3 hingga 4 juta penderita demensia di Amerika Serikat. Biaya kesehatan untuk golongan lansia merupakan proporsi terbesar dari seluruh biaya kesehatan (30 hingga 40%). Demensia terjadi pada 1,4% pada usia 65 hingga 69 tahun, 2,8% pada usia 70 hingga 74 tahun, 5,6% pada usia 75 hingga 79 tahun, 5,8% pada usia 80 hingga 84 tahun, 14,4% pada usia lebih dari 85 tahun.
Demensia yang biasanya ditandai oleh gangguan daya ingat, kesulitan melakukan aktivitas sederhana, masalah berbicara atau berbahasa, disorientasi, penampilan buruk, kesulitan dalam melakukan hitungan sederhana, dan hilangnya minat dan inisiatif menjadi hal yang harus diperhitungkan dalam merawat pasien dengan kondisi rumah, menyiapkan keluarga, dan support system di lingkungan.
Untuk menangani hal di atas, perawat umumnya menasehati keluarga untuk memberikan lingkungan yang stabil, meminimalkan konfusi, memberikan isyarat sensori, memberikan informasi yang sederhana dan sikap positif dan menyesuaikan tugas yang diberikan sesuai dengan keadaan fungsi pasien. Pasien dapat juga berespon terhadap pesan-pesan dari anggota keluarga yang ada pada kaset, beberapa kaset berisi suara keluarga yang diberikan kepada pasien dan tindakan ini dapat menurunkan agitasi.
Perkembangan teknologi saat ini sangat berkembang pesat dengan adanya penemuan-penemuan di bidang teknologi, salah satunya adalah Robot Binatang (Animal Robot) yang memiliki peranan penting pada perawatan pasien dengan demensia. Salah satu perawatan pasien dengan demensia adalah dengan meningkatkan lingkungan yang stabil melalui upaya komunikasi disesuaikan dengan kebutuhan dan kenyamanan pasien demensia. Hilangnya minat dan inisiatif membuat pasien demensia mengalami penurunan interaksi dengan lingkungan sekitar. Robot Binatang (Animal Robot) merupakan salah satu hasil penelitian yang dapat digunakan untuk pasien demensia dalam interaksi, komunikasi dan kepercayaan diri pada pasien demensia.
Robot Binatang (Animal Robot) tak ubahnya seperti binatang aslinya, salah satu contoh robot binatang yang sudah diproduksi adalah Robot Kucing dari Jepang dan Robot Anjing dari Inggris. Robot-robot ini melakukan perannya sama halnya seperti pada binatang aslinya. Salah satu pasien dengan demensia dapat berinteraksi dengan komunikasi melalui belaian dan suara yang dihasilkan dari robot tersebut, sehingga dapat membantu meningkatkan komunikasi, kesenangan, dan kesejahteraan mereka.

Kajian Literarur
Demensia adalah suatu sindroma penurunan intelektual progresif yang menyebabkan deteriorasi kognitif dan fungsional, sehingga mengakibatkan gangguan fungsi sosial, pekerjaan, dan aktivitas sehari-hari. Dalam pemahaman juga mundur seperti hilangnya kemampuan untuk memahami pembicaraan yang cepat, percakapan yang kompleks atau sbtrak, dan humor yang sarkastis atau sindiran. Dalam kemampuan bahasa dan bicara terjadi kemunduran pula yaitu kehilangan ide apa yang sedang dibicaakan, kehilangan kemampuan pemrosesan bahasa secara cepat, dan kehilangan kemampuan penamaan dengan cepat. Dalam bidang komunikasi sosial akan terjadi kehilangan kemampuan untuk tetap berbicara dalam topik, mudha tersinggung, marah, pembicaraan bisa menjadi kasar dan terkesan tidak sopan (Erkinjuntti, Gauthier, 2002).
Istilah robot yang di dahulu kala disebut robota, tak lain adalah kata lain dari seorang buruh. Robot adalah sarana untuk membangun peradaban yang lebih maju dan memberikan kemudahan bagi manusia sebagai penciptanya. Manfaat terapeutik dari memelihara hewan peliharaan di rumah sudah diakui lama. Namun, untuk beberapa rumah perawatan, menampung hewan peliharaan sendiri, memiliki hewan peliharaan pengunjung atau memiliki binatang peliharaan secara permanen tinggal di rumah perawatan tidak praktis, baik karena tanggung jawab, perhatian, ataupun potensial risiko infeksi (Brodie Et all, 2002).
Robot binatang (Animal Robot) diciptakan terinspirasi dari hal diatas. Robot Binatang yang pertama kali diciptakan adalah Robot Kucing yang diciptakan oleh Negara Jepang dan Robot Anjing dari Negara Inggris. Hewan-hewan ini terlihat menarik, tidak hanya untuk beberapa warga dan staf, tetapi junga mengunjungi kerabat, termasuk anak-anak. Pada saat hewan diminta rasa ingin tahu dan percakapan menjembatani kesenjangan antara berbagai generasi. Bollans (2006) menjelaskan berbagai manfaat tapi yang paling nyata adalah dalam hal perawatan di rumah dapat meningkatkan kepercayaan diri dan percakapan antara pasien demensia.
Sejumlah penderita demensia didorong untuk berinteraksi dengan Robot Kucing. Pada studi kasus 1, robot kucing didekatkan kepada empat atau lima orang demensia yang sedang duduk di ruang tunggu setelah makan siang. Tiga pertama yang memiliki demensia maju dan bahasa sedikit atau tidak, tidak ingin melihat kucing atau terlibat dengan cara apapun.
Demensia berikutnya, Lucinda (nama samaran) muncul tertarik, dan duduk dengan kucing di lututnya. Ia membelai dan meremas kakinya untuk membuat kucing itu mengeluarkan suara (meong). Menggelitik bagian belakang lehernya, membuatnya angkat kaki dan pada saat itu Lucinda berbicara responsif kepada kucing.
Kemudian perawat duduk di sebelahnya dan berusaha untuk meningkatkan kepercayaan dirinya dengan tindakan itu. Setelah beberapa waktu, perawat bertanya apakah dia ingin tetap kucing tersebut berada di lututnya. Dia mengatakan tidak menginginkan lagi dan bertanya apakah kucing itu akan menggigitnya. Karena itu robot tentu saja tidak akan digigitnya, sehingga ia bertahan terhadap kucingnya.
Ketika diobservasi kembali ternyata wanita itu masih berbicara dan membelai kucing dan mendorong wanita yang lain di sampingnya untuk melakukan hal yang sama. Seolah-olah kucing itu bertindak sebagai katalis untuk mengembangkan komunikasi antara dua wanita yang tidak biasanya berbicara atau sama lain. Beberapa penduduk pada tahap tertentu dalam proses penyakit mereka tidak dapat mudah membedakan antara heawan peliharaan dan robot nyata, tetapi wanita-wanita demensia tersebut dapat menikmati Robot Kucing tersebut.

Gambar 1 : Robot Kucing


Gambar 2 : Robot Anjing melakukan tindakan melalui sembilan sensor dan dapat mematuhi enam perintah yang berbeda
Pada studi kasus 2, robot anjing dia cukup berat dan lebih rumit untuk melakukan tetapi melakukan berbagai tindakan dengan menggunakan sembilan sensor. Ia memiliki sensor sentuh dan cahaya yang memungkinkan dia untuk membuat suara anjing, menggeleng dan mengangkat kaki depannya, atau hal lainnya. Suara sensor memungkinkan dia untuk mematuhi enam perintah yang berbeda. Seperti contoh ketika diajak berinteraksi apakah Robot Anjing ingin memakan tulang karet? Robot Anjing itu membuka mulutnya dan memakan tulang karet tersebut. Hal ini memudahkan para penderita demensia untuk mengekspresikan keinginannya.
Keuntungan menggunakan robot hewan peliharaan, meskipun sebagai pengganti binatang hidup adalah perawatan minimal, bulu tidak mempengaruhipenduduk dengan alergi, dan secara signifikan lebih baik daripada tidak melakukan apapun. Para robot telah bertindak sebagai katalis dalam meningkatkan komunikasi dan telah menikmati sehingga mengembangkan kesejahteraan psikologis yang lebih baik (Wada, 2004).
Kerugian dari robot ini adalah konsumtif baterai sehingga sangat disarankan menggunakan baterai yang dapat diisi ulang. Akses saklar on dan off pada perut robot sangat sulit pada penederita rematik jari, sehingga diperlukan bantuan. Penggunaan robot dalam pengaturan kesehatan yang beragam dapat semakin menjadi ciri abad ke-21. Hewan peliharaan robot dapat menjadi pengganti yang cocok untuk hewan peliharaan hidup yang dapat meningkatkan komunikasi dan kepercayaan pada penderita demensia.

Kesimpulan
Demensia merupakan salah satu penyakit yang dapat menghilangkan minat dan inisiatif yaitu dengan membuat pasien demensia mengalami penurunan interaksi dengan lingkungan  sekitar. Salah satu cara meningkatkan interaksi pada penderita demensia adalah dengan komunikasi. Stimulus komunikasi dapat diberikan dari stimulus internal dan eksternal.
Pada beberapa pasien demensia kebanyakan rangsangan diberikan dari eksternal, salah satunya dapat diberikan dari hewan peliharaan. Hewan peliharaan dapat diberikan dengan tujuan membuat penderita demensia tertarik untuk membelai, bahkan komunikasi sesuai dengan tingkah laku dari hewan tersebut. Efek samping dari hewan peliharaan yang sebenarnya adalah risiko infeksi bulu ataupun fesesnya, dan risiko gigitan ketika binatang merasa tidak nyaman. Sehingga diciptakanlah Robot Binatang (Animal Robot) yang merupakan salah satu hasil penelitian yang dapat digunakan untuk penderita demensia dalam interaksi, komunikasi, dan kepercayaan diri pada pasien demensia.
Robot Binatang (Animal Robot) yang pertama kali diciptakan adalah Robot jenis hewan peliharaan kucing dan anjing. Kedua robot ini dapat berinteraksi dengan para penderita demensia sesuai dengan apa yang dilakukan. Untuk Robot Anjing memiliki sembilan sensor yang dapat melakukan enam perintah yang dilakukan.
Melihat efek samping yang minimalis pada robot binatang ini, maka dapat disarankan untuk digunakan pada beberapa pemberian asuhan keperawatan dengan pasien yang mengalami hambatan komunikasi atau pun kerusakan interaksi sosial yang dapat diterapkan di rumah tangga sehingga Robot Binatang ini dapat sebagai katalisator untuk dapat menstimulus komunikasi dan kepercayaan diri pada klien.


DAFTAR PUSTAKA


Avianto, Tiyo. (2010). Trik membuat website  dan blog menjadi no. 1 di Google. Jakarta: Media Kita.

Banks MR, Banks WA. (2002). The effect of animal assited theraphy on loneliness in a elderly population in long term care facilities. J. Gerontol A Biol Sci Med (57) 7: M428-32.

Bollans, S. (2006). Animal assisted theraphy and aclirities for the treatment of stroke patients. Oxon: Society for Companion Animal Studies (SCAS).

Budihartono, Widodo. (2007). Belajar sendiri membuat robot cerdas: Panduan utama untuk mengikuti kontes robot. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Brodie SJ, Et all. (2002).  An exploration of the potential risk associated with using pet theraphy in healthcare setting. J Clin Nurs 11 (4): 444-456.

Campbell, Anne. (2011). Dementia Care : Could Animal Robots Benefit Residents. Nursing & Residential Care. http://web.ebscohost.com Didownload tanggal 15 Juni 2013 jam 23.00 WIB.

Rubenstein, David, Et all. (2007). Kedokteran Klinis. Ed.6. Jakarta: Penerbit  Erlangga.

Rose, Joan Fox. (2012). Robotic Theraphy. Healthcare Travelerhttp://web.ebscohost.com. Didownload tanggal 16 Mei 2013 jam 06.55 WIB.

Wada K .Shibata T, Saito T, Tanie K. (2004).  Effects of robot-assisted activity for elderly people and nurses at a day service center. Proceedings of the IEEE  92 (11) 1- 18.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar